ENZIM
Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses
dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. Sebagai
determinan yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa
fisiologik, enzim memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan dan
penyakit. Pemecahan makanan untuk memasok energi serta unsur-unsur kimia
pembangunan tubuh (building blocks); perakitan building blocks tersebut
menjadi protein, membran sel, serta DNA yang mengkodekan informasi genetik; dan
akhirnya penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan sel, semua ini
dimungkinkan dengan adanya kerja enzim-enzim yang terkoordinasi secara cermat.
Sementara dalam keadaan sehat semua proses fisiologis akan berlangsung dalam cara yang tersusun rapi serta teratur dan homeostatis tetap dipertahankan, homeostatis dapat mengalami gangguan berat pada keadaan patologis. Sebagai contoh, cedera jaringan hebat yang mencirikan penyakit sirosis hepatis dapat menimbulkan gangguan berat pada kemampuan sel membentuk enzim-enzim yang mengatalisis berbagai proses metabolisme penting seperti sintesis ureum. Ketidakmampuan mengubah ammonia yang toksik menjadi ureum yang nontoksik sebagai akibat dari penyakit tersebut akan diikuti dengan intoksikasi ammonia, dan akhirnya koma hepatikum. Suatu spektrum penyakit genetik langka tetapi yang sering sangat menurunkan keadaan umum penderitanya dan kerap fatal, memberi contoh-contoh tambahan dramatis tentang konsekuensi fisiologis drastis yang dapat menyertai gangguan terhadap aktivitas bahkan hanya satu enzim.
Sementara dalam keadaan sehat semua proses fisiologis akan berlangsung dalam cara yang tersusun rapi serta teratur dan homeostatis tetap dipertahankan, homeostatis dapat mengalami gangguan berat pada keadaan patologis. Sebagai contoh, cedera jaringan hebat yang mencirikan penyakit sirosis hepatis dapat menimbulkan gangguan berat pada kemampuan sel membentuk enzim-enzim yang mengatalisis berbagai proses metabolisme penting seperti sintesis ureum. Ketidakmampuan mengubah ammonia yang toksik menjadi ureum yang nontoksik sebagai akibat dari penyakit tersebut akan diikuti dengan intoksikasi ammonia, dan akhirnya koma hepatikum. Suatu spektrum penyakit genetik langka tetapi yang sering sangat menurunkan keadaan umum penderitanya dan kerap fatal, memberi contoh-contoh tambahan dramatis tentang konsekuensi fisiologis drastis yang dapat menyertai gangguan terhadap aktivitas bahkan hanya satu enzim.
Menyusul suatu cedera
jaringan berat (misal, infark jantung atau paru, cedera remuk pada anggota
gerak) atau pertumbuhan sel yang tidak terkendali (misal, karsinoma prostat),
enzim yang mungkin khas bagi jaringan tertentu akan dilepas ke dalam darah.
Dengan demikian, pengukuran terhadap enzim intrasel ini didalam serum dapat
memberikan informasi diagnostik dan prognostic yang tidak ternilai bagi dokter.
ENZIM DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN TIPE DAN MEKANISME REAKSI
Satu abad lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan
kebanyakan di antaranya mengatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua
enzim ini diidentifikasi dengan penambahan akhiran –ase pada nama
substansi atau substrat yang dihidrolisisnya. Jadi, lipase menghidrolisis lemak (Yunani lipos), amilase menghidrolisis pati (Yunani amylon), dan protease menghidrolisis protein. Meskipun banyak sisa peristilahan
ini masih tetap bertahan sampai sekarang, pemakaiannya sudah terbukti tidak
memadai ketika ditemukan berbagai enzim yang mengatalisis reaksi yang berbeda
terhadap substrat yang sama, misal, oksidasi atau reduksi terhadap fungsi
alcohol suatu gula. Sementara akhiran -ase tetap digunakan, nama enzim
yang ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya.
Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis pengeluaran hidrogen,
sementara enzim transferase mengatalisis reaksi pemindahan gugus. Dengan
semakin banyaknya enzim yang ditemukan, ketidakjelasan juga semakin tak
terelakkan, dan kerap kali tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan oleh
seorang penyelidik. Untuk mngatasi permasalahan ini, International Union of
Biochemistry (IUB) telah mengadopsi sebuah sistem yang kompleks tetapi
tidak meragukan bagi peristilahan enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi.
Meskipun kejelasan dan pengurangan keraguan tersebut membuat sistem nomenklatur
IUB dipakai untuk ujian riset, nama yang lebih pendek tetapi kurang begitu
jelas tetap digunakan dalam buku ajar dan laboratorium klinik. Karena alasan
tersebut, sistem IUB hanya disampaikan secara sepintas.
1)
Reksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk
enem kelas, masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2)
Nama enzim terdiri atas 2 bagian. Nama pertama menunjukkan
substrat. Nama kedua, yang berakhir dengan
akhiran –ase, menyatakan tipe reaksi yang dikatalisis.
3)
Informasi tambahan,
bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat dituliskan dalam tanda kurung
pada bagian akhir; misal, enzim yang mengatalisis reaksi L-malat + NAD+
® piruvat + CO2 + NADH + H + diberi
nama 1.1.1.37 L-malat: NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
4)
Setiap enzim
mempunyai nomor kode (EC) yang mencirikan tipe reaksi ke dalam kelas (digit
pertama), subkelas (digit kedua), dan subsubkelas (digit ketiga). Digit keempat
adalah untuk enzim spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan kelas 2 (transferase),
subkelas 7 (transfer fosfat), subsubkelas 1 (alcohol merupakan aseptor fosfat).
Digit terakhir menyatakan heksokinase atau ATP: D-heksosa 6-fosfotrasferase,
sebuah enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil
pada atom karbon keenam molekul glukosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar